SELAMAT DATANG DI SUARDANA'S BLOG

SEMOGA TULISAN-TULISAN YANG DIMUAT DALAM BLOG INI BERMANFAAT UNTUK ANDA

Kamis, 29 Juli 2010

Artikel Tentang Pendidikan

USAHA DAN HAMBATAN DALAM PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN
OLEH
I MADE SUARDANA
SMA N 1 PAYANGAN

USAHA DAN HAMBATAN DALAM PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN
Menumbuhkan budaya baca merupakan suatu hal yang sangat penting dan diperlukan oleh masyarakat. Karena dengan membaca seseorang akan memperoleh suatu pengetahuan dari media yang Ia baca. Orang yang sering dan suka membaca akan mempunyai pengetahuan yang lebih banyak daripada orang yang jarang membaca. Hal itu juga akan mempengaruhi kualitas hidup seseorang, orang yang suka membaca akan memperoleh pengetahuan dan pengalaman untuk menjalani kehidupan dari media yang Ia baca, sehingga akan mempunyai peluang yang lebih tinggi untuk memperoleh hidup berkualitas dibanding orang yang jarang membaca. Pentingnya menumbuhkan budaya baca juga dapat dilihat dari asumsi yang beredar di masyarakat, yaitu asumsi yang menyatakan bahwa “Orang yang tidak gemar membaca biasanya jauh dari ilmu pengetahuan, orang yang jauh dari ilmu pengetauan biasanya dekat dengan kebodohan, sedangkan orang yang dekat dengan kebodohan biasanya tidak jauh dari kemiskinan”. Asumsi tersebut secara tidak langsung menyatakan bahwa orang yang tidak suka membaca biasanya dekat dengan kemiskinan, oleh karena itu untuk memperoleh hidup yang berkualitas seseorang harus rajin membaca.

Tingkat kemampuan membaca atau melek aksara masyarakat akan menentukan tingkat Sumber Daya Manusia ( SDM ) suatu negara. Karena bagaimanapun juga SDM suatu negara diperoleh dan dihimpun berdasarkan tingkat SDM masyarakat, sedangkan tingkat SDM masyarakat ditentukan dari keefektifan belajar individu, dan tentu saja akan lebih mudah untuk melatih dan mengajari orang yang mengenal baca tulis. Secara umum negara yang masyarakatnya memiliki tingkat melek aksara tinggi akan memiliki tingkat SDM yang tinggi, sehingga pendapatan masyarakatnya juga relatif tinggi. Sedangkan negara yang tingkat melek aksara masyarakatnya rendah, tingkat SDM-nyapun juga akan rendah, hal tersebut akan menghambat sebagian besar warga negaranya untuk memperoleh pendapatan. Saat ini tingkat melek aksara masyarakat Indonesia berada pada kisaran 87,9 % dari seluruh warga negara dewasa yang ada. Pada kenyataannya negara kita masih berada di bawah negara-negara ASEAN lainnya, seperti Malaysia, Myanmar, Vietnam, Singapura, Thailand, Filipina, dan Brunai Darusalam, yang tingkat melek aksara masyarakatnya mencapai 92,7% dari seluruh warga negara dewasa yang ada di negara-negara tersebut. Selain itu jika dilihat dari kualitas hidup, masyarakat Indonesia berada pada posisi ke 112 dari 172 negara, yang dalam hal ini tingkat melek aksara juga menjadi salah satu indikatornya. Berdasarkan data tersebut dapat kita lihat bahwa Indonesia masih berada pada strata bawah dari jajaran negara-negara didunia, atau bahkan negara sekitar di lingkungan ASEAN sendiri.

Untuk menumbuhkan kemampuan dan minat baca pada masyarakat berbagai cara telah di lakukan pemerintah, salah satunya dengan memanfaatkan perpustakaan sebagai taman baca masyarakat. Perpustakaan diharapkan dapat menjadi wahana bagi masyarat untuk memperoleh pengetahuan, sehingga dapat menjadi manusia berahlak mulia dan dapat berguna bagi bangsa dan negara. Hal tersebut di perkuat oleh pemerintah dengan membuat suatu payung hukum yang mengatur sistem dan tata kerja perpustakaan, yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007. Dengan Membuat suatu payung hukum diharapkan kinerja perpustakaan dapat meningkat, bukan hanya menjadi slogan dan jargon pemerintah pada waktu-waktu tertentu. Apalagi dengan dipenuhinya amanat UUD 1945, khususnya pasal 31 ayat 4 yang mengamanatkan pemerintah agar menganggarkan dana pendidikan serendah-rendahnya 20% dari APBN. Dengan demikian berarti kucuran dana bagi perpustakaan akan bertambah, karena bagaimanapun juga perpustakaan merupakan salah satu sarana penunjang dalam pengembangan dunia pendidikan.

Dengan Anggaran yang bertambah seharusnya kinerja perpustakaan akan bertambah baik, oprasionalnya semakin lancar dan media yang disediakan juga bermutu. Dengan demikian keberadaan perpustakaan akan diakui dan dibutuhkan masyarakat. Namun dalam pelaksanaannya di lapangan banyak terdapat kendala yang menghambat usaha pengembangan perpustakaan sebagai sarana publik yang benar-benar berkualitas dan dapat menjangkau masyarakat umum. Sebagian besar masalah tersebut berasal dari faktor-faktor di dalam sistem dan tata kerja perpustakaan itu sendiri, seperti, anggaran yang kurang, management yang mengatur keberadaan perpustakaan juga kurang solid dan berhasil untuk dapat mengembangkannya, itu terbukti dengan kurang eksisnya perpustakaan di lingkungan masyarakat, serta banyak terjadi penyimpangan dana dan korupsi yang menggerogoti anggaran untuk pendidikan, sehingga dana yang seharusnya diperuntukkan bagi perpustakaan akhirnya digunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Sistem promosi yang dilakukan pemerintah juga dirasa tidak mampu menyentuh masyarakat umum, sebagian besar hanya menjangkau dunia pendidikan. Ketersediaan buku juga menjadi faktor yang menghambat perkembangan perpustakaan, buku-buku yang disediakan kebanyakan adalah buku-buku lama yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Dari segi pelayanan banyak oknum pegawai perpustakaan yang memperparah kondisi tersebut, banyak pegawai yang memberi kesan tidak ramah dan bersahabat pada konsumen, sehingga menghasilkan suatu kesan buruk bagi konsumen, itu menyebabkan konsumen kecewa dan enggan berkunjung kembali.

Selain dari faktor dalam terdapat pula faktor luar yang menghambat perkembangan perpustakaan. Secara umum kendala tersubut bersumber dari kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya membaca, sehingga mereka merasa tidak perlu mengunjungi perpustakaan. Apalagi sekarang ini kemajuan teknologi semakin pesat, untuk memperoleh informasi masyarakat lebih mengandalkan media yang instant seperti televisi dan internet daripada mencari sebuah media baca untuk mendapat sebuah informasi. Tingkat ekonomi masyarakat juga akan mempengaruhi kebiasaan baca seseorang. Orang yang memiliki tingkat ekonomi tinggi biasanya memiliki kesadaran yang lebih tinggi akan pentingnya membaca, sehingga mereka tidak enggan untuk mengeluarkan uangnya untuk dapat membeli sebuah buku bacaan atau sekedar meluangkan wsedikit waktunya untuk mengunjungi perpustakan. Sementara itu untuk masyarakat yang tingkat ekonominya rendah mereka akan sangat enggan menggunakan uangnya untuk membeli sebuah buku bacaan, bahkan hanya untuk masuk ke perpustakaan yang gratispun mereka masih berpikir ribuan kali. Masyarakat yang seperti ini biasanya lebih memilih menggunakan uangnya untuk membeli kebutuhan pokok yang tidak tergantikan seperti beras, gula dan yang lainnya daripada menggunakannya untuk membeli sebuah buku bacaan yang mereka pikir adalah sebuah sarana hiburan. Walaupun seandainnya mereka mempunyai waktu luang, mereka lebih memilih untuk memikirkan bagaimana caranya memperoleh uang untuk menyambung hidup mereka, dan semua itu memang wajar adanya.


Masalah lain yang menghambat perkembangan perpustakaan, sehingga sulit di kenal masyarakat luas adalah keberadaan perpustakaan itu sendiri yang memang sangat sulit di jumpai, terutama di daerah pelosok dan pedesaan. Slogan pemerintah yang menyatakan pemerintah berniat membangun masyarakat melalui budaya baca dan perpustakaan hanya dinikmati orang-orang yang hidup di daerah perkotaan. Kenyataannya di daerah pelosok dan pedesaan perpustakaan yang ada hanya milik sekolah dan beberapa intansi pemerintahan saja, keberadaannya juga sangat jarang dan walaupun ada sebagian besar sudah tidak layak untuk di kunjungi. Kondisinya memprihatinkan dengan koleksi buku yang sedikit dan banyak yang sudah usang atau bahkan sudah menjadi debu. Perpustakaan yang ada juga sangat sulit untuk dikunjungi masyarakat umum, karena keberadaanya di lingkungan kantor dan sekolah. Oleh karena itu masyaakat umum tidak mungkin dapat masuk secara leluasa ke daerah tersebut, walaupun di perkenaankan masuk itupun pada waktu-waktu tertentu dan ditambah dengan administrasi yang rumit dan berbelit-belit Keberadaan perpustakaan umum dalam satu kecamatan mungkin memang ada, namun jumlahnya sedikit dan bahkan hanya satu unit dalam setiap kecamatan, sehingga tidak akan menjangkau masyarakat luas karena memang tidak sebanding dengan jumlah penduduk dan luas daerah. Jika dihubungkan dengan minat baca masyarakat yang rendah , keadaan seperti ini menjadi masalah besar yang harus segera diselesaikan. Hal yang berbeda terjadi di wilayah perkotaan, selain banyak terdapat perpustakaan umum, sarana pendukung minat baca masyarakat juga mudah di jumpai, seperti toko buku dan caffe baca yang terdapat di kota-kota besar Tidak seimbangnya keberadaan tempat baca seperti perpustakaan antara di daerah perkotaan dan pedesaan juga dapat dijadikan tolak ukur seberapa besar pemerataan pembangunan yang sudah lama direncanaka pemerintah telah dapat berjalan.

Sebenarnya jika pemerintah memang berniat mengembangkan perpustakaan, hingga bisa menjangkau masyarakat umum dan bahkan hingga ke pelosok pedesaan, ada banyak cara yang dapat di lakukan. Salah satunya dengan memanfaatkan dan mengintensifkan keberadaan perpustakaan keliling. Dengan memanfaatkan perpustakaan keliling kita akan mendapat lebih banyak keuntungan daripada memanfaatkan perpustakaan yang di bangun di suatu tempat. Keuntungan yang secara nyata dapat kita lihat adalah bahwa perpustakaan keliling dapat berpindah kemana-mana, sehingga dapat menjangkau daerah-daerah terpencil dan pedesaan. Dengan demikian perpustakaanlah yang mengunjungi kosumen, sehingga akan memberi kesan efisien dan menarik lebih banyak pengunjung. Akan tetapi tentu juga terdapat masalah yang menghambat pemanfaatan perpustakaan keliling tersebut, diantaranya biaya oprasional yang lebih tinggi dan dibutuhkan terus menerus, karena perpustakaan keliling menggunakan mobil sebagai sarana utamanya, yang sudah pasti memerlukan bahan bakar pada saat beroprasi, dan seringkali diperlukan pergantian suku cadang apabila terjadi kerusakan. Selain itu dibutuhkan sosialisasi, promosi dan penjadwalan yang jelas agar tidak terjadi kesalahan informasi di masyarakat. Untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah harus menganggarkan dana yang lebih besar kepada perpustakaan keliling, karena jika dilihat dari segi keuntungan yang didapat hal itu tentunya sangat sebanding. Penjadwalan yang jelas, Promosi yang menarik, dan sosialisasi yang efektif juga sangat diperlukan guna meningkatkan kesadaran masyarakat agar tertarik mengunjungi perpustakaan.

Selain dengan memanfaatkan perpustakaan keliling, upaya yang harus di lakukan pemerintah tidak lepas dari penyelesaian kendala-kendala pengembangan perpustakaan itu sendiri. Diantaranya adalah masalah yang terjadi pada management yang mengatur keberadaan perpustakaan. Hendaknya orang-orang yang berada dibelakang tata kerja perpustakaan adalah orang-orang yang berkompeten dibidangnya, yaitu orang yan memang memperoleh pendidikan khusus tentang perpustakaan. Apalagi sekarang ini sudah banyak perguruan tinggi yang menawarkan program study tentang ilmu kepustakaan, jadi hal itu tidak akan sulit dilakukan. Orang yang dipilih juga harus jujur dan bersih sehingga tidak memanfaatkan kesempatan yang ada untuk kepentingan pribadinya. Untuk masalah promosi, itu sebenarnya tidak begitu sulit dilakukun, karena promosi yang terbaik berasal dari kualitas yang di tawarkan. Apabila kualitas dan pelayanan yang diberikan dapat memuaskan konsumen itu akan menjadi promosi yang tidak langsung, karena pengunjung yang merasa puas akan kembali, dan orang lain akan tertarik karena mendengar cerita tentang kualitas yang bagus tersebut sehingga dia akan ikut berkunjung. Keberadaan buku yang tidak berkualitas dan tidak sesuai dengan perkembangan zaman atau tidak cocok dengan tempat perpustakaan tersebut berada dapat di atasi dengan melakukan survei yang serius dan tidak asal-asalan, sehingga buku yang di beli memang buku yang sedang dibutuhkan masyarakat. Dengan demikian tidak akan terjadi pemborosan dan penggunaan anggaran secara percuma. Apabila sudah terlanjur beli dan banyak buku yang tidak sesuai, dapat dilakukan suatu pertukaran koleksi dengan perpustakaan lain, selama pertukaran tersebut masih sesuai dengan kondisi yang ada.

Kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya membaca dapat di atasi dengan melakukan sosialisasi ke daerah-daerah. Namun sosialisasai yang di berikan harus benar-benar menyentuh hati masyarakat, dengan mengandalkan tenaga-tenaga propesional dan dengan memberikan suatu perbaningan-perbandingan nyata yang ada di lapangan. Sosialisai juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan media lain seperti televisi dan koran, hal tersebut juga dapat di jadikan ajang promosi bagi perpustakaan. Selain itu petugas dan staf pegawai perpustakaan hendaknya bersikap kreatif untuk dapat memperoleh dana tambahan guna kemajuan perpustakaan. Perpustakaan seharusnya tidak hanya menunggu dana dari pemerintah untuk dapat menghidupi dan menjaga kelangsungannya. Perpustakaan juga dapat bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan lain untuk memperoleh dana tambahan, dalam hal ini perpustakaan dapat menjadi tempat promosi bagi perusahaan dan dapat pula menjadi tempat perusahaan menjual produknya, asalkan tidak melenceng dari tugas utama perpustakaan itu sendiri.

Dengan mengatasi beberapa kendala yang menghambat perkembangan perpustakaan, diharapkan kedepannya perpustakaan dapat menjadi suatu media yang benar-benar menyatu dengan masyarakat. Perpustakaan juga seharusnya bisa menjadi salah satu media pembangun bangsa, karena dengan berkembangnya perpustakaan, berarti kesadaran masyarakat akan pentingnya membaca juga meningkat.


BIODATA PENULIS

NAMA : I MADE SUARDANA

ALAMAT : BR KERTA , PAYANGAN

SEKOLAH : SMAN 1 PAYANGAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar